Arvi & Roland

Pagi yang indah, bukan karena cuacanya. Namun karena siapa yang kulihat. Aku juga tak mengenalnya kawan, yang ku tahu seragam sekolah kami sama. Gadis cantik dengan senyum yang manis yang entah kenapa bisa berada terus didalam kepalaku. Semoga ini hanya sesaat saja. Seperti angin kecil yang berhembus melalui pintu angkot ini, langsung berlalu begitu saja dan tak pernah kembali lagi.

Hari ini memang aneh, angin itu datang lagi kawan. Memberi kesejukan yang setara dengan kata senang. Aku tak mengerti apa maksud dari semua ini. Yang jelas aku seperti ketagihan akan sensasinya, seakan ingin mengurung sang angin itu hanya untukku saja. Sepoi-sepoi memberi kesejukan tiada tara, membelai tubuh ini dengan kelembutan dari sentuhan nya. Sebenarnya apa ini semua? Aku hanya lebih suka suka menikmatinya daripadi memikirkan nya, hingga aku kembali ke dunia mimpi sang angin angin pun masih tetap bertiup untuk ku.

Sore itu, entah darimana, aku melihat sosok itu lagi. Dia yang memberi aku angin kesejukan yang ku nikmati, dia juga yang memberiku sensasi aneh yang membuat hatiku bergetar. Ingin ku mengajaknya berkenalan dan bertanya siapa namanya, namun hati terlalu takut bahkan untuk menggerakkan kaki walau hanya selangkah. Ntah apa yang kupikirkan, aku pun melewatkan semua kesempatan yang ku punya hinggan hari dan tahun pun berganti.

Menikmati hari-hari yang berlalu begitu saja. Aku melihatnya kembali, gadis yang sama yang masih berdomisili di otak ini. Tapi kawan, apa yang kutemukan hanyalah kamar berantakanku yang mengatakan aku hanyalah pemimpi. Haah, ini semester baru tepatnya tahun ajaran baru. Aku kelas 3. Hari dan tahun pun berlalu dan tetap aku hanya bisa menanti.

Sore itu, aku teringat jauh didalam ingatan. Angin bertiup lembut, wangi rumput musim semi dan aku bersandar pada pohon tua itu. Selalu teringat akan wajah manis dan senyum menawan nya, andai ia tak memintaku memejamkan kan mata, mungkin aku kan tetap memandangi nya.

Dia melangkah mendekat dan kian dekat. Suara langkah pelan yang bergesekan dengan dedaunan kering membuat ku menyadari bahwa dia hendak menghampiriku dan melakukan sesuatu. Apa gerangan yang akan datang dan mengapa aku tak tenang? Akankah semua akan berakhir disini? Hanya itu yang mampu ku lakukan, melontar pertanyaan kedalam hati yang mana tak kan mampu ku jawab saat itu. Aku hanya bisa berharap dalam mata terpejam.

"Kau tahu kenapa kau harus tutup mata dan kita harus berdua?"

"Gak semua hal harus ku tahu kan?"

"Mulai sekarang jangan bilang  Tuhan itu pengarang yang kejam. Belajarlah untuk selalu bersyukur. Bersyukur nya kau bang?"

"Semoga.."

"Yang pastilah.."

"Sejauh ini aku masih bersyukur.."

"Jangan ngintip ya, dimana lah aku sekarang?"

"Disamping ku, tercium lho wangi sampho mu.."

"Jadi, tetaplah berdoa, agak tunduk dulu kau bang... Dan IP nya harus tetap 3 ya Sayang :) "

Sebuah ciuman lembut mendarat di pipi kanan ku dan aku pun tak sanggup lagi memejamkan mata. Aku menatap senyum lembutnya dengan penuh tanya.

"Aneh.."

"Jadi gak harus nunggu 1 semester lagi :D  "

"Cara yang aneh buat...."

"Udah akh, yuk pulang :) "

"Hmm, kamu mau kemana?"

Kami melanjutkan perjalanan kami dan saat itu aku tahu, aku tak harus menunggu lagi. Seolah pertanda bahwa kami harus memulai perjalanan baru dalam kehidupan kami berdua.

Udah akh, yuk pulang :)

Dan aku tahu, aku tak harus menunggu lagi (^_^)